Sunday, March 20, 2016

Lamanya Menanti Tuaian

(Renungan Galatia 6:1-10)




Galatia 6:1-10
"Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah."

Ada banyak hal yang bisa kita pelajari dari hukum tabur tuai. Yang paling sering kita dengar tentang hukum ini adalah siapa menabur pasti dia akan menuai, siapa menabur banyak akan menuai banyak. Namun selain hal itu, lamanya waktu kita menunggu tuaian juga sangat menentukan seberapa besar kita akan menuai. Jika ingin cepat-cepat menuai, maka besar tuaiannya juga sedikit. Jika ingin menuai cepat-cepat, tabur saja kacang hijau. Hanya dalam waktu lima hari kita sudah bisa menuai kecambah, tapi ya dapatnya harga kecambah yang sangat murah. Jika ingin menuai sedikit lebih lama, kurang lebih 3 bulanan, tanamlah padi, dan kita akan mendapatkan harga padi yang jauh lebih mahal daripada kecambah. Namun jika kita mau bersabar dan mau menunggu sampai tujuh tahun, tanamlah durian, maka ketika panen kita dapat tuaian durian yang sangat mahal.

Jangan pernah berhenti menabur hanya gara-gara kita tak kunjung menuai. Kalau kita sudah menabur dan tidak kunjung menuai, sabarlah sebab barangkali kita akan menuai sesuatu yang besar. Apa jadinya jika kita tidak sabar dalam masa penantian itu, apalagi kita memutuskan berhenti untuk memelihara iman terhadap benih yang kita tabur? Kita pasti gagal menikmati tuaian yang sebenarnya sudah Tuhan siapakan bagi kita!

Janji Tuhan kadang kala tidak dipenuhi secara instan. Kadang kala butuh waktu lama, bahkan sangat lama. Namun semakin lama kita menunggu dengan setia, yakinlah bahwa berkat-Nya pasti berbeda! Abraham menunggu janji Tuhan selama 25 tahun. Yusuf menunggu janji Tuhan selama 13 tahun. Daud juga menunggu waktu bertahun-tahun sebelum akhirnya ia menjadi raja Israel. Butuh waktu lama untuk menikmati tuaian. Tapi, lihatlah apa yang mereka dapatkan dalam tuaian itu: Abraham diberkati dengan keturunan yang banyak. Yusuf diberkati diangkat menjadi pemimpin di Mesir. Daud diberkati dengan menjadi raja Israel. Jangan pernah kehilangan pengharapan di saat kita diperhadapkan dengan penantian panjang. Semakin lama waktu tuaian, semakin besar berkatnya. Asal kita tetap setia dan terus berharap kepada-Nya.

"Lamanya kita menunggu tuaian juga menentukan besar kecilnya tuaian itu."

Tuesday, March 8, 2016

Sukacita Sejati









Banyak orang mengira sukacita itu ada di luar dirinya. Mereka pikir kesehatan, uang, pasangan, harta, kedudukan, ketenaran, kecantikan atau ketampanan bias membuat mereka sukacita. Maka, seumur hidupnya, mereka pun berusaha meraih itu. Sebagian berhasil sebagian tidak. Tapi fakta berbicara, bukan itu yang membuat mereka sukacita. Buktinya, jika kekayaan membuat orang sukacita, tentunya Adolf Merckle, salah satu orang terkaya di Jerman, tidak akan menabrakkan diri ke kereta api. Jika ketenaran membuat orang sukacita, tentunya Michael Jackson, King of Pop tidak akan meminum obat-obatan hingga overdosis. Jika kekuasaan bias membuat orang sukacita, tentunya Getulio Varga, presiden Brazil, tidak akan menembak jantungnya sendiri. Ada banyak contoh lainnya seperti Robin William, Whitney Houston, dll.

Sukacita sejati tidak berasal dari luar, namun dari dalam. Paulus merupakan contoh yang tepat untuk hal ini. Kalau sukacita ditentukan hal-hal dari luar, maka seharusnya sama sekali tak ada alasan bagi Paulus untuk bersukacita. Dia tidak diupah dalam menginjil, dia kenyang dengan aniaya, dan penderitaan adalah sahabat karibnya setiap hari. Bahkan ketika menulis surat Filipi yang sering disebut sebagai “Kitab Sukacita”, dia menulisnya saat mendekam di penjara (Flp. 1:13). Bagaimana mungkin orang yang berada di dalam penjara bias bersukacita dan memberi nasihat kepada orang lain untuk bersukacita? Nyatanya Paulus bisa! Hal itu menunjukkan kepada kita bahwa sukacita Paulus bukan dari luar, tapi dari dalam hatinya.

Kita hidup di zaman yang mengagungkan kekayaan, ketenaran, kekuasaan, kecantikan dan hal-hal yang kasat mata. Jangan sampai sukacita kita bersumber dari hal-hal itu. Memang semua itu bisa memberi kegembiraan kepada kita, tapi yang pasti itu bukanlah sukacita sejati. Sukacita seharusnya lahir dari hati, bukan dari materi. Sukacita harusnya mengalir dari dalam, bukan dari luar. Hanya sukacita yang berasal dari dalam hati yang membuat kita mengalami bahagia sejati, sedangkan sukacita yang ditawarkan dunia ini gampang menguap dan bias seketika lenyap. Dari mana sumber sukacita kita?

"Sukacita sejati lahir dari hati, bukan dari materi."

Tuesday, October 8, 2013

Tetap Memuji Tuhan





Hans Lijie adalah salah seorang hamba Tuhan dari kota Berlin yang pernah merasakan kekejaman yang dilakukan pemerintah Hitler. Satu kali, ia didatangi agen rahasia Nazi yang llu menangkapnya. Ia dijebloskan dalam penjara yang sudah sesak. Namun, di satu hari Minggu, Hans mulai bertelut serta berdoa. Ia bersiul menyenandungkan pujian bagi kebesaran Tuhan. Ternyata siulan itu segera disambut dengan siulan-siulan dari sel-sel penjara lain. Semuanya menyuarakan pujian bagi Tuhan!

Maka, terjadilah suasana yang aneh, penjara itu dipenuhi siulan yang riuh rendah. Ternyata, di dalam penjara itu banyak orang-orang Kristen yang sedang menderita. Saat itu terjadilah kebangunan rohani di penjara tersebut. Dan ketika pendeta Hans Lijie dilepaskan dari penjara, ia justru berkata bahwa hari-harinya di dalam penjara merupakan hari-hari yang penuh dengan keindahan dan patut dikenang sepanjang masa.

Memuji Tuhan ketika kita dalam keadaan baik adalah hal yang mudah. Tapi, jjur saja sanggupkah kita tetap memuji Dia ketika persoalan, sakit, dan pergumulan hidup bertubi-tubi datang menyerang kita? Sering kali yang keluar dari mulut kita saat itu adalah keluhan-keluhan yang meratapi kondisi kita, Padahal, bahkan ketika kita sedang masuk dalam 'penjara' masalah seperti itu, Tuhan bukannya tidak hadir. Kisah Hans Lijie ataupun pengalaman Paulus dan Silas yang kita baca hari ini adalah buktinya. Bahkan, bukans atu kemustahilan bagi Tuhan untuk membuat sebuah penjara sebagai tempat untuk mengadakan kebangunan rohani. Dan itu tergantung pada respons kita!

Jika Pdt. Hans tidak mengawali siulan pujian atau jika Paulus dan Silas tidak mulai membuka mulut untuk memuji Tuhan, atau jika mereka justru mengeluh, maka kejadiannya bisa lain.

Kita tidak akan mengalami kemenangan ketika kita tidak mau terjun ke medan pertempuran. Sekali waktu, Tuhan bisa mengizinkan kita untuk 'dipenjara' atau berada di tengah padang gurun sebagai cara agar Ia dapat mendemonstrasikan kuasa-Nya. Karena itu, apapun keadaan anda saat ini, mari gantikan keluhan dengan pujian, karena dalam pujian ada kelepasan, dan sukacita!


Justru saat kita berani memalui masalah, maka Tuhan akan memberikan kemenangan.

Friday, May 24, 2013

Gunakan Waktumu!






Diperkirakan ada 2 orang yang meninggal setiap detiknya di seluruh belahan dunia ini. Jika satu hari ada 86.400 detik, maka kira-kira ada 172.800 orang yang meninggal setiap harinya. Pernahkah kita bertanya, mengapa bukan kita yang meninggal? Betapa kita harus menyadari bahwa jika kita ada sampai detik ini, maka itu bukanlah suatu kebetulan. Apapun bisa saja terjadi tanpa sepengetahuan kita, tapi kita harus tahu alasan kita hidup dan arti dari menjalani kehidupan itu sendiri.

Sewaktu Yesus tergantung di kayu salib selama 6 jam, perkataan terakhir yang Yesus ucapkan adalah "Sudah selesai: (Yoh 19:30). "Sudah selesai" dalam bahasa aslinya adalah "tetelestai" dari akar kata "teleo" yang menunjukkan bahwa satu pekerjaan atau tugas yang sudah selesai dilaksanakan, sudah digenapi, dan sudah lengkap. Secara manusia, Yesus bisa saja menyerah dan ingin mati sejak Ia disiksa sedemikian rupa. Namun, saat itu tugas-Nya memang belum selesai. Ia harus taat sampai mati di kayu salib untuk menggenapi rencana keselamatan Allah bagi manusia.

Hari ini bahkan detik ini, kita juga sedang dalam proses menjalankan sebuah tugas yang ditetapkan Allah dalam kehidupan kita. Itulah sebabnya, kita masih terus hidup sampai sekarang ini, sekalipun ada banyak masalah atau tantangan yang harus kita hadapi. Selain karena kemurahan Tuhan, juga karena masih ada tanggung jawab yang harus kita lakukan. Apakah anda membaca renungan ini di pagi hari sebelum memulai aktivitas atau malam hari, atau kapanpun, ingatlah bahwa tiap hari merupakan sebuah kesempatan baru bagi kita untuk terus memenuhi dan menggenapi rencana-Nya dalam hidup kita.

Jika kita benar menyadari ini, maka seharusnya kita tidak akan menyia-nyiakan sedikitpun dari sisa hidup kita di dunia ini dan tidak membiarkan waktu berlalu tanpa arti. Sebaliknya, tetaplah bersemangat dan berjuang sampai titik akhir karena kita tahu bahwa ada rencana Tuhan bagi hidup kita. Nyawa kita adalah milik Tuhan dan Ia punya kuasa atasnya. Gunakan kepercayaan Tuhan atas nyawa dan waktu hidup ini dengan sebaik mungkin. Kita ada bukan karena kebetulan. Teruslah berjalan dalam rencana-Nya.



Kita masih ada sampai sekarang ini karena masih ada tugas yang Tuhan percayakan pada kita.


Tuesday, May 14, 2013

Siap Tempur





Dalam film Italia "Life is Beautiful" (La Vita e Bella), diceritakan tentang seorang ayah yang berusaha membuat putranya tidak tahu jika mereka sedang dalam perang dan menjadi tahanan Nazi. Ia berkata bahwa semua itu hanya permainan. Sang ayah pun berusaha keras agar anaknya percaya jika kamp konsentrasi itu hanya ermainan. Sang ayah pun berusaha agar anaknya percaya jika kamp konsentrasi yang mengerikan dan tentara-tentara Nazi di situ hanyalah pura-pura saja. Tujuannya tak lain supaya anaknya tidak ketakutan. Tentu saja itu hanya bisa terjadi di film komedi. Bayangkan jika seandainya anda sendiri berada di situasi tersebut. Taruh kata saja, tiba-tiba anda terjebak di tengah tawuran atau kerusuhan. Namun, anda masih tidak sadar apa yang terjadi. Tentu saja anda justru bisa celaka. Anda tentu tidak bisa beralsan bahwa anda tidak tahu sedang ada tawuran sehingga anda dapat meminta supaya tidak terkena lemparan batu, misalnya.

Untuk itulah Tuhan dengan tegas memberitahukan bahwa selama kita ada di dunia ini, kita sedang dalam medan perang (Ef. 6:12). Apa tujuannya? Tentu bukan untuk menakut-nakuti, tapi agar kita siap sedia dan selalu waspada terhadap musuh. Dan di dalam semuanya itu, ada satu hal yang sangat indah, yaitu seperti yang kita baca hari ini. Ya, meski kita dalam medan peperangan melawan iblis, tapi kita tidak perlu takut atau gentar dengan musuh kita. Mengapa? Karena ada kepastian bahwa selama kita mau taat dan mengandalkan Tuhan, maka kita pasti akan menang. Iblis sendiri sudah dikalahkan-Nya dan akan segera dihukum oleh Tuhan.

Meski demikian, itu bukan berarti kita boleh bersantai-santai saja. Iblis sendiri tahu bahwa dia sudah kalah dan akan dihukum. Karena itulah, ia berusaha agar kita ikut dihukum dan menderita bersamanya di neraka. Caranya adalah menggoda serta mendakwa kita siang dan malam (Wahyu 12:10). Akan tetapi di dalam Wahyu 12:11, tertulis bahwa ada 3 hal yang mengalahkan si jahat. Yang pertama, Darah Anak Domba, yang bicara tentang iman kita akan kuasa darah Yesus. Kedua, oleh kesaksian kitam yaitu pelayanan dan Injil yang kita beritakan,s erta ketika kita berani mengalahkan kedagingan dan memberikan hidup kita kepada Kristus. Itulah tiga kunci kemenangan kita.

Siap tempur dan menang?




Kita sedang dalam peperangan dan berada di pihak yang menang!


(taken from Spirit, Oktober 2011)

Tuesday, April 30, 2013

Hal-Hal Kecil Dalam Hidup






Setelah peristiwa 11 September, sebuah perusahaan mengundang karyawan dari perusahaan lain yang selamat untuk menceritakan pengalamannya. Pada pertemuan pagi itu, pimpinan keamanan menceritakan kisah bagaimana mereka bisa selamat. Dan semua kisah itu adalah hanyalah mengenai : HAL-HAL YANG KECIL.

Kepala kemanan perusahaan selamat pada hari itu karena mengantar anaknya hari pertama masuk TK.

Karyawan yang lain masih hidup karena hari itu adalah gilirannya membawa kue untuk murid di kelas anaknya.

Seorang wanita terlambat datang karena alarm jamnya tidak berbunyi tepat waktu.

Seorang karyawan terlambat karena terjebak di NJ Turnpike saat terjadi kecelakaan lalu lintas.

Seorang karyawan ketinggalan bus.

Seorang karyawan menumpahkan makanan di bajunya sehingga perlu waktu untuk berganti pakaian.

Seorang karyawan mobilnya tidak bisa dihidupkan.

Seorang karyawan masuk ke dalam rumah kembali untuk menerima telpon yang berdering.

Seorang karyawan mempunyai anak yang bermalas-malasan sehingga tidak bisa siap tepat waktu untuk berangkat bersama-sama.

Seorang karyawan tidak memperoleh taxi.

Sedangkan satu hal yang menahan saya sendiri adalah: sebuah sepatu baru.
Saya memakai sepatu baru pagi itu, dan berangkat kerja dengan bersemangat. Tetapi sebelum sampai di kantor (WTC), sepatu itu menyebabkan luka di tumit. Saya berhenti di sebuah toko obat untuk membeli plester. Inilah yang menyebabkan saya bisa tetap hidup sampai hari ini.

Sekarang, jika saya terjebak dalam kemacetan lalu lintas, ketinggalan lift, atau ketika harus masuk ke rumah lagi untuk menjawab telpon, dan semua HAL KECIL lainnya yang mengganggu, saya langsung berpikir bahwa Tuhan benar-benar menginginkan saya berada di sini untuk saat ini.

Suatu pagi jika saudara merasa semuanya terlihat sangat kacau, anak-anak saudara lambat berpakaian, saudara tidak bisa menemukan kunci mobil, atau terhambat di perempatan saat lampu merah menyala, janganlah lalu terburu-buru, dan kemudian marah atau frustrasi, karena TUHAN sedang bekerja untuk menjaga kehidupan anda! Kiranya Tuhan selalu memberkati saudara dengan semua hal-hal kecil yang tampaknya mengganggu dan semoga saudara mengingat akan maksud dari semua peristiwa kecil itu terjadi.

Greetings!




Selamat datang, saudara-saudara yang dikasihi Tuhan!

Segala sesuatunya di dunia ini bukanlah kebetulan, tapi adalah jalan yang diatur oleh Tuhan. Demikian juga kehadiran anda sekalian di blog ini bukanlah karena kebetulan tetapi karena Tuhan mengkehendakinya.

Saya sebagai penulis blog ini hanyalah ingin membagi hal-hal yang luar biasa yang telah menyentuh hidup saya hari demi hari. Dengan cara ini saya berharap akan banyak hidup orang yang dipulihkan dan juga diberkati di dalam Tuhan. Adapun harapan saya adalah kita bersama-sama mengalami kebangunan rohani dan membentuk komunitas di antara umat kristiani untuk saling membantu satu dengan yang lainnya.

Tuhan Yesus memberkati.