Banyak
orang mengira sukacita itu ada di luar dirinya. Mereka pikir kesehatan, uang,
pasangan, harta, kedudukan, ketenaran, kecantikan atau ketampanan bias membuat
mereka sukacita. Maka, seumur hidupnya, mereka pun berusaha meraih itu. Sebagian
berhasil sebagian tidak. Tapi fakta berbicara, bukan itu yang membuat mereka
sukacita. Buktinya, jika kekayaan membuat orang sukacita, tentunya Adolf
Merckle, salah satu orang terkaya di Jerman, tidak akan menabrakkan diri ke
kereta api. Jika ketenaran membuat orang sukacita, tentunya Michael Jackson,
King of Pop tidak akan meminum obat-obatan hingga overdosis. Jika kekuasaan
bias membuat orang sukacita, tentunya Getulio Varga, presiden Brazil, tidak
akan menembak jantungnya sendiri. Ada banyak contoh lainnya seperti Robin
William, Whitney Houston, dll.
Sukacita
sejati tidak berasal dari luar, namun dari dalam. Paulus merupakan contoh yang
tepat untuk hal ini. Kalau sukacita ditentukan hal-hal dari luar, maka seharusnya sama sekali tak
ada alasan bagi Paulus untuk bersukacita. Dia tidak diupah dalam menginjil,
dia kenyang dengan aniaya, dan penderitaan adalah sahabat karibnya setiap hari.
Bahkan ketika menulis surat Filipi yang sering disebut sebagai “Kitab
Sukacita”, dia menulisnya saat mendekam di penjara (Flp. 1:13). Bagaimana
mungkin orang yang berada di dalam penjara bias bersukacita dan memberi nasihat
kepada orang lain untuk bersukacita? Nyatanya Paulus bisa! Hal itu menunjukkan
kepada kita bahwa sukacita Paulus bukan dari luar, tapi dari dalam hatinya.
Kita hidup
di zaman yang mengagungkan kekayaan, ketenaran, kekuasaan, kecantikan dan
hal-hal yang kasat mata. Jangan sampai sukacita kita bersumber dari hal-hal
itu. Memang semua itu bisa memberi kegembiraan kepada kita, tapi yang pasti itu
bukanlah sukacita sejati. Sukacita seharusnya lahir dari hati, bukan dari
materi. Sukacita harusnya mengalir dari dalam, bukan dari luar. Hanya sukacita
yang berasal dari dalam hati yang membuat kita mengalami bahagia sejati,
sedangkan sukacita yang ditawarkan dunia ini gampang menguap dan bias seketika
lenyap. Dari mana sumber sukacita kita?
"Sukacita
sejati lahir dari hati, bukan dari materi."
No comments:
Post a Comment